Kisah Malik Yang Dikejar Ular Berkepala Sembilan
Kisah ini menceritakan kejadian nyata yang
dialami seseorang yang bernama Malik bin Dinar. Berikut kisah
selengkapnya untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua.
Syahdan, dahulu kala hiduplah seorang kaya
bernama Malik bin Dinar. Dia adalah anak dari seorang pejabat di daerah Irak.
Karena berlimpah harta dan kekayaan, keseharian hidupnya banyak dilakukan untuk
berfoya-foya, melakukan maksiat dan memuaskan kenikmatan dunia lainnya. Sesuatu
yang semestinya dilakulan ia langgar, dan sebaliknya sesuatu yang seharusnya
ditinggalkan ia lakukan.
Pada suatu hari dengan kehendak Allah SWT, anak
perempuan yang sangat ia cintai bernama Fatimah meninggal dunia. Malik
sangat sedih dan menyesal. Meninggalnya anak perempuan yang ia cintai ini,
bukannya menyadarkan dia untuk berhenti berbuat dosa dan maksiat, namun
sebaliknya malah bertambah perbuatan dosa dan maksiatnya.
Pada suatu malam, Malik bin Dinar bermimpi. Dalam
mimpinya itu, ia berkumpul dengan banyak orang di suatu tempat asing yang tidak
ia kenal sebelumnya. Tatkala semua orang berkumpul, matahari dengan pancaran
panas yang menyengat turun mendekat sehingga jaraknya kira-kira sebatas satu
jengkal. Semua orang yang berkumpul, merasakan panas yang tiada bandingannya.
Malik pun begitu, ia merasakan suatu penderitaan yang sangat luar biasa. Belum
pernah ia merasakan penderitaan seberat yang ia rasakan dalam mimpi itu.
Dalam suasana menderita ini, tiba-tiba
terdengar suara bergelegar dan berkata, “Wahai manusia, bersiap-siaplah
kalian, sebentar lagi kalian akan menghadap Alloh untuk mempertanggungjawabkan
seluruh amal perbuatan kalian. Kalian akan dipanggil satu persatu untuk
menghadap-Nya”.
Mendengar suara itu, Malik merasa ketakutan.
Ingin sekali ia lari menjauh dari kenyataan yang sedang ia hadapi. Maka Malik
pun bergegas lari sekuat tanaga menjauhi kerumunan itu. Namun apa yang terjadi,
ia dikejar seekor ular berkepala sembilan.
Dalam kejaran ular itu, Malik tiba di suatu
tempat dan bertemu seorang kakek tua yang lemah dan duduk
bersandar di bawah sebatang pohon. Malik berkata, “Wahai kakek tua,
tolonglah aku dari kejaran ular!!”, Kakek tua pun menjawab,
“Mohon maaf, aku tidak bisa menolong kamu, aku sangat lemah…,
cobalah kamu pergi ke tempat sana, siapa tahu ada orang yang bisa
menolongmu”. Mendapat jawaban itu, Malikpun pergi ke tempat yang
ditunjuk kakek tua itu.
Sesampainya di tempat yang dituju, bukannya
ia mendapati orang yang mau menolong, malah bertemu dengan
kobaran api yang sangat panas, seolah-olah api itu mau membakar dirinya.
Malikpun kembali lagi menemui kakek tua, dan minta pertolongan lagi agar bisa
selamat dari kejaran ular dan api yang sangat panas. Kakek tua itu lantas
menunjuk satu gunung, dan menyuruh Malik agar pergi ke gunung itu, siapa tahu
ada orang yang bisa menolongnya. Dan Malikpun bergegas lari menuju gunung
itu.
Setibanya di gunung , Malik menemukan
sekelompok anak kecil. Salah saorang anak berkata, “Wahai Fatimah, itu
bapakmu, toloong.., toloonglah bapakmu..!!”. Mendengar ucapan
itu, Fatimah mendekati sang ayah dan mereka saling berangkulan
dengan erat seperti sudah lama tidak bertemu.
Si anak lantas berkata, “Wahai ayahku
tercinta, apakah engkau tahu, siapakah ular berkepala sembilan yang
mengejarmu itu, Siapakah kakek tua yang lemah tadi itu?, dan siapakah api panas
yang mau menyambarmu itu?”. Sang ayah menjawab, “Aku tidak tahu”.
Sang anak pun berkata lebih lanjut, “Ketahuilah wahai ayahku, ular
berkepala sembilan itu adalah perbuatan maksiatmu yang keji dan
berdosa. Api yang sangat panas adalah neraka jahannam yang sedang menunggumu.
Sementara kakek tua yang lemah tak berdaya itu, adalah amal sholehmu yang hanya
sedikit sehingga tak berdaya menolongmu”.
Si anak lantas membacakan firman Alloh dalam QS
al-Hadid ayat 16:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
Mendengar ayat al-Quran ini, Malik pun
terbangun dari tidurnya.
Singkat cerita, setelah mimpi ini, Malik
pun segera bertobat, berangkat ke mesjid dan meninggalkan segalal maksiat.
Malik berjihad secara istiqomah sehingga akhirnya ia menjadi seorang sholeh dan
menjadi imam mujahid (orang yang berjihad di jalan Alloh).
Mungkin kita tidak mengalami mimpi seperti yang
dialami Malik bin Dinar di atas. Namun alangkah baiknya jika kita bisa menarik
hikmah dari kisah mimpi ini. Siapa tahu kita masih banyak melakukan
maksiat, meninggalkan sholat dan dosa-dosa lainnya. Semoga kisah ini bisa
menyadarkan kita untuk segera kembali kapada Allah, bertaubat dengan
sepenuh hati agar kita selalu dalam naungan La ilahaillah
sampai azal menjemput. Jangan sampai perbuatan dosa yang kita
lakukan menjadi seekor ular yang akan mengejar-ngejar kita di akhirat kelak.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(QS. 41:33)”
Sumber: Nasihat Islam
Baca juga artikel terkait:
Komentar
Posting Komentar
Mohon berkomentar yang sopan dan beretika, terima kasih atas kunjungannya